Kalian Harus Bersyukur Masih Bisa Kuliah!!!!

Beberapa hari yang lalu, pengumuman SBMPTN udah diumumin. Sebagian orang berbahagia dan sebagian yang lain kecewa. Karena masih berbau-bau SBMPTN (walaupun udah H+10) gua mau cerita perjuagan gua (yaaahh, walaupun gak seberapa) buat dapetin PTN.

Ketika masa SMA, pasti setiap siswa/i terbesit keinginan untuk melangkah kejenjang yang lebih tinggi. Yup, KULIAH. Kuliah di Institut atau Universitas ternama adalah tujuannya. Banyak dari siswa/i yang berharap keterima di PTN ternama dan salah satunya gua.

Gua salah satu anak yang punya mimpi untuk kuliah di PTN ternama. ITB. Gua pengin banget kuliah di sini, gua udah tagetin dari kelas 11 untuk dapetin kampus ini. Mulai dari bimbel sampe belaajr online. Gua targetin belajar TKPA dan Saintek, semuanya gua susun secara sistematis bahkan sampe-sampe gua nge-BODO AMAT-in UN yang terpenting adalah SBMPTN.

Tapi yahh, ada istilah 'Manusia yang merencanakan, Tuhan yang menertawakan'. SBMPTN 2016, gua ditolak. Gua enggak keterima di ITB. Sedih? pasti. Wajar. Gua ditolak SNMPTN,SBMPTN, UTUL UGM, SMB Polban. Gua terpuruk. Salah satu temen gua ngasih saran ke gua. Kata dia 'udah Feb, daripada lu nganggur. Daftar aja di Untirta pasti bakal keterima. Terus lu daftar SBMPTN lagi tahun depannya' gua berguman 'Briliant'

Gua daftar UMB (Ujian Masuk Bersama), gua pilih Untirta. Eh, keterima. Singkat cerita. setahun kemudian. SBMPTN 2017, gua mau daftar (lagi). Gua konsul ke ayah gua. Gua bilang 'Yah, aa mau daftar SBMPTN lagi'. Ayah gua jawab 'A, aa harus bersyukur keterima di kampus ini. Coba bayangin, di luar sana masih banyak orang yang mau kuliah tapi kalah bersaing sama aa. Siapa tau, jatah kursi aa ada yang lebih menginginkan. Tapi, aa dengan mudahnya ngelepas kursi itu demi ego'. Gua bengong. Gua mikir.

Ketika seseorang mendafar PTN, otomatis dia bersaing dengan ratusan ribu pendaftar yang lain. Setelah keterima, gua memenangkan persaingan itu. Gua seneng dong keterima, sedangkan yang ditolak? Sedih, bingung,kecewa, ngerasa usahanya sia-sia. Gua mengubah sudut pandang gua, gua melihat dari sudut pandang orang yang ditolak. Mereka adalah orang-orang yang kalah bersaing. Gua ngerasain di posisi mereka. Terpuruk. Mereka menginginkan bangku kuliah, tetapi kalah dalam persaingan. Sedangkan yang keterima, malah mikir. 'Daftar SBMPTN lagi ah, siapa tau keterima di PTN bergengsi. Toh, kalo ditolak gua masih bisa ngelanjutin di kampus ini' see? 

Itu adalah pemikiran egois, dia gak memikirkan orang-orang yang bersusah payah bersaing di universitas tersebut. Dengan pemikiran seperti itu, dengan mudahnya menjadikan unversitas sebagai "batu pijakan". Akhirnya, gua enggk ikut SBMPTN lagi. Gua bersyukur atas nikmat yang diberikan kepada gua. Gua masih bisa kuliah.

Selamat buat para pejuang 2018, jangan menjadikan kampus kalian sebagai "batu pijakan" agar kalian mendapat kampus yang bener-bener kalian impikan.

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Kak aku mau tanya, aku kuliah di salah satu jurusan PTN, aku ngerasa ga ngerti dan salah jurusan.. itu gimana ya ka? Atau aku harus pindah ke MIT?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Welding Engineer atau Welding Inspector?

Apa sih Metalurgi itu?